Ada planet laik huni yang ditemukan! Berita baik ini datang dari misi
Kepler NASA yang mengumumkan dua sistem keplanetan yang berhasil
ditemukan oleh Wahana Kepler. Di antara
planet-planet yang mengitari bintang-bintang tersebut terdapat tiga
planet laik huni berukuran Bumi Super yang berada di zona laik huni
bintang. Artinya, planet yang berada di zona tersebut bisa memiliki air
dalam wujud cair yang bisa menopang tumbuh kembangnya kehidupan. Air di
zona laik huni bintang bisa berwujud cair karena di zona tersebut suhu
permukaan planet cocok untuk keberadaan air dalam wujud cair atau
seperti di Bumi bisa ada lautan.
Karena kehidupan di Bumi itu membutuhkan air sebagai syarat utama
tumbuh kembangnya kehidupan maka dicarilah planet yang berada di zona
laik huni bintang dimana di permukaan planet air bisa berwujud cair.
Inilah yang dilakukan oleh Wahana Kepler dalam mencari kandidat planet
di bintang-bintang lain di area rasi Cygnus – Lyra.
Dalam penemuannya kali ini, Wahana Kepler berhasil melihat keberadaan
sistem keplanetan yang mengitari bintang Kepler 62 dan Kepler 69.
Keduanya memiliki sistem multi planet yang artinya masing-masing bintang
tersebut dikitari oleh lebih dari satu buah planet.
Sistem Kepler-62 yang dilihat Wahana Kepler memiliki lima buah planet
yakni 62b, 62c, 62d, 62e, dan 62f sementara sistem keplanetan pada
Kepler-69 memiliki dua buah planet yakni 69b dan 69c. Menariknya lagi
Kepler 623, 62f dan 69c merupakan planet berukuran Bumi Super.
Kehadiran sistem Kepler-62 dan Kepler-69 sekaligus menandai
dikonfirmasinya 861 exoplanet yang sudah ditemukan. Dari exoplanet yang
sudah ditemukan, saat ini tercatat 9 planet di antaranya merupakan
planet berpotensi sebagai planet laik huni dan masih ada lebih dari 18
planet berpotensi laik huni yang dilihat Kepler yang sedang menunggu
giliran untuk dikonfirmasi keberadaannya. Selain itu, dalam pencarian
extrasolar planet, tidak hanya exoplanet yang berhasil ditemukan dan
diduga berada di zona laik huni bintang. Saat ini diyakini terdapat 25
exobulan yang berpotensi laik huni juga. Exobulan merupakan satelit
penggiring bagi exoplanet yang berada di bintang lain.
Wahana Kepler memang melihat banyak sekali obyek yang berpotensi
menjadi planet. tapi semuanya dimasukkan dalam kategori kandidat planet
atau kandidat planet laik huni kalau si obyek diduga berada di zona laik
huni planet. Status obyek akan naik kelas menjadi exoplanet yang
dikonfirmasi setelah data yang diperoleh Kepler diamati lebih lanjut
oleh para astronom menggunakan teleskop landas Bumi maupun teleskop
landas angkasa lainnya untuk mengkonfirmasi kalau obyek yang dilihat
memang sebuah planet.
Sistem Kepler-62
Lima buah planet ditemukan bintang Kepler-62 yang merupakan bintang
katai K2 yang ukurannya hanya dua per tiga ukuran Matahari dan
kecerlangannya hanya satu per lima kecerlangan Matahari. Bintang
Kepler-62 yang tergolong bintang katai oranye ini memiliki massa 0,69
massa Matahari dan berada pada jarak 1200 tahun cahaya dari Bumi dengan
temperatur 4925 K dan zona laik huni yang merentang dari 0,45 – 0,85 AU.
Bintang kelas K atau katai oranye memang menjadi salah satu target
pencarian potensi kehidupan di planet-planet yang ada di bintangnya
karena bintang katai oranye memiliki rentang hidup di deret utama cukup
lama antara 15 – 30 juta tahun dibanding Matahari yang berada di deret
utama hanya 10 juta tahun. Semakin lama bintang di Deret Utama atau di
tahap pembakaran hidrogen menjadi helium maka kemungkinan bagi sebuah
planet untuk membentuk kehidupan dan berevolusi jadi lebih besar. karena
waktu yang panjang bisa memberi waktu bagi kehidupan untuk berevolusi
di planet batuan yang di bintang-bintang kelas ini.
Dari lima exoplanet yang ditemukan di Sistem Kepler-62, dua di
antaranya berada di zona laik huni bintang. Keduanya adalah Kepler-62e
dan 62f yang mengorbit pada jarak 0,427 AU dan 0,718 AU dan tergolong
planet Bumi Super jika dilihat dari ukurannya.
Exoplanet Kepler 62e berada pada tepi dalam zona laik huni bintang,
memiliki ukuran 60 persen lebih besar dari Bumi sementara planet
Kepler-62f ukurannya hanya 40 persen lebih besar dari Bumi atau dengan
kata lain ukuran Kepler 62e dan 62f itu 1,6 dan 1,4 kali ukuran Bumi.
Kedua planet di Sistem Kepler-62 diduga memiliki air dengan planet
Kepler-62e yang bergerak mengelilingi bintangnya dalam setiap 122 hari
merupakan planet air. Sementara itu, planet Kepler-62f yang mengorbit
bintang dalam 267 hari diduga merupakan planet batuan seperti halnya
Bumi. Dalam sistem Kepler-62, planet 62e merupakan planet laik huni
pertama yang ditemukan dalam sistem dan planet 62f ditemukan kemudian
oleh Eroc Algol dari University of Washington.
Kedua planet tersebur bersama tiga planet lainnya di sistem Kepler-62
memang diketahui ukurannya, namun massa masih belum diketahui. Tiga
planet lainnya di sistem Kepler-62 mengorbit pada jarak yang sangat
dekat dengan bintang induknya. Dari ketiga planet tersebut, dua di
antaranya memiliki ukuran lebih besar dari Bumi dan satu planet seukuran
Mars. Kepler-62b, Kepler-62c dan Kepler-62d mengorbit bintang induk
dalam waktu 5, 12 dan 18 hari menjadikan ketiganya sebagai planet super
panas yang tidak akan cocok untuk memiliki kehidupan jika kehidupan itu
sama seperti yang kita kenal di Bumi.
Sistem Kepler-69
Selain sistem Kepler-62, Wahana Kepler juga mengumumkan keberadaan dua
planet yang mengitari bintang Kepler-69 yang berada pada jarak 2700
tahun cahaya dari Bumi di rasi Cygnus. Bintang Kepler-69 merupakan
bintang serupa Matahari dengan ukuran 93 persen ukuran Matahari dan
massa 0,81 massa Matahari. Bintang yang memiliki kecerlangan 80 persen
kecerlangan Matahari tersebut memiliki temperatur yang juga tak beda
jauh dari Matahari yakni 5638 K dengan zona laik huni merentang dari
0,62 – 1,10 AU.
Dari dua buah planet yang mengitari Kepler-69, planet Kepler-69c
merupakan kandidat planet laik huni karena berada pada rentang zona laik
huni bintang pada jarak 0,64 AU.
Ada hal menarik dari Kepler-69c. Planet yang satu ini mengitari
bintang induknya dalam waktu 242,46 hari mirip dengan Venus yang
mengitari Matahari selama 224, 7 hari. Exoplanet Kepler-69c juga
diketahui memiliki ukuran 70 persen lebih besar dari Bumi atau 1,71 kali
radius Bumi menjadikannya exoplanet laik huni yang memiliki kemiripan
dengan Bumi. Akan tetapi, sampai saat diumumkan para astronom belum bisa
mengetahui komposisi planet Kepler-69c yang memiliki temperatur 299K
tersebut.
Planet lainnya yang berada lebih dekat ke bintang Kepler-69 dalam
sistem ini adalah planet Kepler-69b yang berada 0,094 AU dari si
bintang. Planet Kepler-69b memiliki ukuran 2,24 ukuran Bumi dengan
temperatur 779 K. Dalam perjalanannya, ia mengorbit bintang induknya
setiap 13,72 hari.
Kehidupan lain itu…
Mencari kehidupan lain di planet yang bahkan tak akan bisa disentuh dari
Bumi dan bahkan tidak bisa dilihat secara langsung oleh mata kita
bukanlah perkara mudah. Apalagi ada banyak bintang di alam semesta yang
harus di selidiki. Karena itu, para astronom pada awalnya memperkecil
area pencarian pada bintang-bintang serupa Matahari. akan tetapi dalam
perkembangan, bintang kelas M dan K juga diketahui memiliki sistem
keplanetan.
Nah, untuk mencari kehidupan lain di alam semesta, lingkup pencarian
diperkecil menjadi planet serupa Bumi dalam ukuran, massa, maupun
komposisi. Apalagi contoh kehidupan yang kita ketahui saat ini hanyalah
Bumi dimana Matahari merupakan bintang induknya. Maka tentunya syarat
yang diterapkan pun harus yang “mirip” Bumi untuk mempermudah pencarian.
Karena kehidupan yang kita kenal adalah kehidupan berbasis karbon,
Maka bisa dikatakan mencari planet serupa Bumi itu seperti mencari
jarum di antara tumpukan jerami. Apalagi saat awal penemuan planet
extrasolar, instrumentasi belum mendukung untuk menemukan planet batuan
yang kecil.
Saat ini, Wahana Kepler punya kemampuan yang baik dalam melakukan
pengamatan planet-planet batuan yang kecil. Tapi itupun tidak langsung
bisa dilihat. Planet itu ukurannya sangat kecil. Jika bintang di
kejauhan saja hanya tampak seperti titik, bagaimana dengan planet yang
ukurannya super kecil dibanding bintang? Karena itu Wahana Kepler dalam
mencari planet baru menggunakan teknik transit. Dengan cara ini Kepler
bisa menemukan keberadaan planet di bintang lain. Yang ia lakukan adalah
mengamati perubahan kecerlangan cahaya bintang. Jika ada planet di
bintang tersebut, maka suatu saat ketika si planet mengorbit bintang
induknya ia akan melintas di depan wajah bintang yang berhadapan dengan
Kepler. Pada saat itu, planet yang lewat meskipun snagat kecil ia akan
menimbulkan kedipan sekejap pada kecerlangan bintang sehingga bintang
tampak meredup sesaat. Dari sinilah Kepler bisa mengidentifikasi apakah
ada planet di sebuah bintang.
Tapi mencari sesuatu yang “identik” tidaklah mudah. Saat ini para
astronom masih belum bisa mengetahui apakah kehidupan bisa tumbuh dan
berevolusi di planet yang baru saja ditemukan Kepler. Akan tetapi,
penemuan tersebut merupakan jejak penting untuk melangkah maju dalam
pencarian planet laik huni serupa Bumi di bintang lain.